Sabtu, 26 Februari 2011

Tiga Fase Menulis

Sebenarnya aku merasa masih belum cukup pantas untuk membagi tips menulis mengingat aku baru melahirkan sebuah novel yang belum jadi best seller juga (terdengar sangat rendah hati ya? :p). Tapi berkat desakan seorang teman di twitter, Frida namanya, akhirnya aku menebalkan mukaku dan menulis post ini. Ada beberapa tips menulis yang akan aku bagi di sini, no mungkin lebih tepatnya kalau disebut membagi pengalamanku selama menulis baik novel pertamaku (Kimi Wo Shinjiteru) maupun cerpen-cerpen yang masuk dalam beberapa antologi.

1. Fase Persiapan
Fase ini adalah fase terpenting dalam proses menulis. Pada fase inilah kita bisa mengenal cerita kita dan membangun chemistry yang kuat antara kita dan karakter-karakter dalam cerita kita sehingga proses penulisan akan terasa lebih mudah karena kita sudah tahu betul bagaimana cerita kita akan berjalan bahkan dalam setiap scene-nya. Berikut adalah apa-apa saja yang harus dipersiapkan dalam fase ini:

★ Tema
Seringkali penulis bingung memilih tema justru bukan karena tidak ada ide dalam otaknya, melainkan karena terlalu banyak ide yang menarik. Pilih satu tema yang mampu membuatmu bergetar saat kamu memikirkannya.

★ Karakter
Setelah menentukan tema, buatlah daftar karakter. Semakin detil semakin bagus. Jangan hanya menuliskan umur dan sifat tapi juga sertakan ciri-ciri fisik dan hal-hal kecil lainnya, seperti membuat biodata saja. Hal ini membuat karaktermu menjadi nyata.

★ Sinopsis
Tema dan karakter sudah siap, sekarang buatlah sinopsis lengkap yang menggambarkan keseluruhan ceritamu. Sinopsis ini dapat menjadi pedomanmu saat mengalami writer's block atau saat mulai hilang fokus.

★ Kerangka
Dalam pelajaran mengarang saat sekolah, kita pernah diajarkan membuat kerangka cerita. Kerangka berisi poin-poin penting yang membangun setiap chapter. Kerangka sangat diperlukan untuk memudahkan proses menulis dan juga berguna untuk menjaga agar cerita yang kita tulis tidak melebar ke mana-mana.

★ Riset
Kumpulkan semua informasi yang kamu butuhkan untuk ceritamu sebelum mulai menulis. Hal ini bertujuan agar waktu menulis jadi lebih efektif tanpa harus terganggu oleh kegiatan riset.

2. Fase Penulisan
Setelah semua yang dibutuhkan dalam fase Persiapan siap, sekarang waktunya mulai menulis. Ada beberapa hal yang bisa mendukung kelancaran kita dalam menulis, yaitu:

★ Kenyamanan
Bagi seorang penulis, mood adalah hal terpenting dalam proses menulis. Dan untuk menciptakan mood yang baik dibutuhkan rasa nyaman yang bisa dipengaruhi oleh waktu, tempat dan media menulis. Aku lebih suka menulis di ruang keluarga rumahku pada saat orang-orang di rumahku tidur siang. Dan aku adalah tipe penulis yang tidak bisa mengalirkan inspirasi melalui tuts-tuts keyboard laptop jadi aku selalu menulis di atas kertas folio bergaris ditemani Boxy kesayanganku ;). Maka bereksperimenlah sampai kamu mendapatkan kenyamananmu.

★ Visualisasi
Sebagian besar orang lebih mudah menangkap sesuatu hal lewat visualisasi, baik berupa film atau gambar. Begitupun dengan menulis, akan lebih mudah menyampaikan ide cerita jika kita memvisualisasikan cerita kita terlebih dulu dalam otak kita. Bayangkan adegan dalam ceritamu adalah adegan dalam film. Bayangkan settingnya, penampilan karakter-karaktermu, gerak-gerik mereka, visualisasikan semua. Trust me, it works (kayak iklan ya :-D).

★ KBBI
Perindah tulisanmu dengan kata-kata yang tepat. Untuk itu perbanyak perbendaharaan kata dengan bantuan KBBI. Di jaman yang serba internet ini KBBI juga hadir secara online. Jadi saat kesulitan menemukan kata yang tepat untuk kalimatmu, nyalakan koneksi internetmu dan tandangi rumah KBBI daring/online.

3. Fase Pengeditan dan Perevisian
Sudah selesai menulis? Sekarang simpan tulisanmu dalam lemari (jika ditulis di atas kertas) atau dalam My Document di laptop/PC-mu selama 1 minggu atau bahkan sebulan. Gunakan waktu itu untuk menarik napas dan mengistirahatkan otak mu yang sudah kamu peras habis-habisan selama ini. Saat pikiranmu sudah kembali siap beraksi, ambil kembali tulisanmu dan mulailah mengedit dan merevisi. Mulai dari memperbaiki hal kecil seperti ejaan yang salah dan merevisi beberapa bagian dalam ceritamu.

Fase ini adalah fase tersulit dan melelahkan. Kita harus berhadapan dengan ego kita sendiri. Dan juga kita harus berani jujur pada diri sendiri bahwa bagian-bagian tertentu memang jelek atau tidak perlu sehingga harus dirubah atau dibuang. Namun jangan menyerah, revisi itu sangat penting agar kita bisa menyuguhkan yang terbaik kepada pembaca.


Perlu diingat bahwa tiap penulis memiliki caranya masing-masing demi menghasilkan tulisan yang bagus. Jadi temukan caramu dan... HAPPY WRITING! ;)

1 komentar:

anda mengatakan...

terimakasih tips nya

Posting Komentar

 
Sketsa Hari. Template Design By: SkinCorner from JackBook