Dear God,
I miss my old days.
When me and my Christian friends were holding each other hands.
We played, sang, and laughed together.
Without seeing our differences.

I miss my old days.
When I enjoyed Christmas with them.
I received Christmas gift just like them.
Without any bad thoughts.

And there were also times when we eat ketupat and opor ayam together.
We forgived each other mistakes.
Without any doubt.

I miss my old days.
When we always prayed for each other every night.
Without feeling scared about sin.

Isn't it beautiful, God?
Just like how Islam supposed to be, right?

So please, tell those people who name themselves as God's soldiers to stop spread the hate on Your earth.

But, still, I have one unanswered question for You.
Are they really Your soldiers?

Sincerely,

Your child.


*Dedicated to all of the victims of terrorism. Not just the ones who is killed, but also all moslems whose pride has been hurt by it.
Rabu, 02 Maret 2011

Onnanoko Monogatari

Hari ini saat nonton TV kabel tanpa sengaja aku menemukan sebuah film Jepang yang begitu menyentuhku. Judulnya Onnanoko Monogatari atau dalam bahasa Inggris berarti Things When I Was A Girl. Film ini berkisah tentang seorang mangaka yang tengah kehabisan ide cerita untuk manga terbarunya. Tiba-tiba ingatannya membawanya kembali ke masa lalunya. Saat ia masih tinggal di kampung halamannya dan bersahabat dengan dua orang sahabatnya. Meskipun hidup mereka susah namun mereka menjalani hidup dengan bahagia bersama-sama. Kesalahan-kesalahan yang mereka buat mereka jadikan sebagai pelajaran hidup yang berharga. Sampai akhirnya salah satu dari mereka memilih untuk menapaki jalan hidupnya di tempat yang jauh demi mencari makna hidup yang sesungguhnya.
Saat menonton film ini, aku langsung teringat pada sahabat-sahabatku yang sudah kukenal sejak aku masih berseragam putih-merah. Vivi, Albert, Herman dan Reno. Mereka adalah orang pertama yang mengajarkanku arti dari kata 'sahabat'. Kurang lebih sudah 17 tahun kami paling mengenal, berbagi cerita hidup bersama di sela-sela kesibukan kami berkutat dengan hidup marsing-masing. Benar, bukan berarti semua berjalan semulus yang kita bayangkan. Persahabatan juga tidak luput dari saling melukai, kecewa satu sama lain, kebencian sesaat, dilanda kebosanan dan akhirnya memilih untuk mengambil langkah menjauh selama beberapa saat. Kami mengalaminya. Namun persahabatan juga memberi kami kesanggupan untuk memaafkan, menghapuskan dendam, melupakan gengsi sehingga akhirnya ia mendekatkan kami kembali.
Saat ini aku sedang memilih untuk menapaki jalan hidupku sendiri demi mencari makna dari keberadaanku di dunia ini, sama seperti salah satu karakter dalam film yang kusebutkan di atas. Aku tahu, pilihanku ini menciptakan sedikit jarak antara aku dan sahabat-sahabatku namun aku tidak pernah sedikit pun meninggalkan mereka. Ada sebuah kalimat yang begitu mengena dalam film itu, 'Aku telah pergi begitu jauh. Namun sejauh apapun aku pergi, aku tetap tidak akan pernah bisa melupakan semua'.
Maka sahabat-sahabatku tercinta, maukah kalian menjadi rumah tempatku kembali saat aku ingin merebahkan tubuhku yang kelelahan dalam pengelanaan?
Sabtu, 26 Februari 2011

Tiga Fase Menulis

Sebenarnya aku merasa masih belum cukup pantas untuk membagi tips menulis mengingat aku baru melahirkan sebuah novel yang belum jadi best seller juga (terdengar sangat rendah hati ya? :p). Tapi berkat desakan seorang teman di twitter, Frida namanya, akhirnya aku menebalkan mukaku dan menulis post ini. Ada beberapa tips menulis yang akan aku bagi di sini, no mungkin lebih tepatnya kalau disebut membagi pengalamanku selama menulis baik novel pertamaku (Kimi Wo Shinjiteru) maupun cerpen-cerpen yang masuk dalam beberapa antologi.

1. Fase Persiapan
Fase ini adalah fase terpenting dalam proses menulis. Pada fase inilah kita bisa mengenal cerita kita dan membangun chemistry yang kuat antara kita dan karakter-karakter dalam cerita kita sehingga proses penulisan akan terasa lebih mudah karena kita sudah tahu betul bagaimana cerita kita akan berjalan bahkan dalam setiap scene-nya. Berikut adalah apa-apa saja yang harus dipersiapkan dalam fase ini:

★ Tema
Seringkali penulis bingung memilih tema justru bukan karena tidak ada ide dalam otaknya, melainkan karena terlalu banyak ide yang menarik. Pilih satu tema yang mampu membuatmu bergetar saat kamu memikirkannya.

★ Karakter
Setelah menentukan tema, buatlah daftar karakter. Semakin detil semakin bagus. Jangan hanya menuliskan umur dan sifat tapi juga sertakan ciri-ciri fisik dan hal-hal kecil lainnya, seperti membuat biodata saja. Hal ini membuat karaktermu menjadi nyata.

★ Sinopsis
Tema dan karakter sudah siap, sekarang buatlah sinopsis lengkap yang menggambarkan keseluruhan ceritamu. Sinopsis ini dapat menjadi pedomanmu saat mengalami writer's block atau saat mulai hilang fokus.

★ Kerangka
Dalam pelajaran mengarang saat sekolah, kita pernah diajarkan membuat kerangka cerita. Kerangka berisi poin-poin penting yang membangun setiap chapter. Kerangka sangat diperlukan untuk memudahkan proses menulis dan juga berguna untuk menjaga agar cerita yang kita tulis tidak melebar ke mana-mana.

★ Riset
Kumpulkan semua informasi yang kamu butuhkan untuk ceritamu sebelum mulai menulis. Hal ini bertujuan agar waktu menulis jadi lebih efektif tanpa harus terganggu oleh kegiatan riset.

2. Fase Penulisan
Setelah semua yang dibutuhkan dalam fase Persiapan siap, sekarang waktunya mulai menulis. Ada beberapa hal yang bisa mendukung kelancaran kita dalam menulis, yaitu:

★ Kenyamanan
Bagi seorang penulis, mood adalah hal terpenting dalam proses menulis. Dan untuk menciptakan mood yang baik dibutuhkan rasa nyaman yang bisa dipengaruhi oleh waktu, tempat dan media menulis. Aku lebih suka menulis di ruang keluarga rumahku pada saat orang-orang di rumahku tidur siang. Dan aku adalah tipe penulis yang tidak bisa mengalirkan inspirasi melalui tuts-tuts keyboard laptop jadi aku selalu menulis di atas kertas folio bergaris ditemani Boxy kesayanganku ;). Maka bereksperimenlah sampai kamu mendapatkan kenyamananmu.

★ Visualisasi
Sebagian besar orang lebih mudah menangkap sesuatu hal lewat visualisasi, baik berupa film atau gambar. Begitupun dengan menulis, akan lebih mudah menyampaikan ide cerita jika kita memvisualisasikan cerita kita terlebih dulu dalam otak kita. Bayangkan adegan dalam ceritamu adalah adegan dalam film. Bayangkan settingnya, penampilan karakter-karaktermu, gerak-gerik mereka, visualisasikan semua. Trust me, it works (kayak iklan ya :-D).

★ KBBI
Perindah tulisanmu dengan kata-kata yang tepat. Untuk itu perbanyak perbendaharaan kata dengan bantuan KBBI. Di jaman yang serba internet ini KBBI juga hadir secara online. Jadi saat kesulitan menemukan kata yang tepat untuk kalimatmu, nyalakan koneksi internetmu dan tandangi rumah KBBI daring/online.

3. Fase Pengeditan dan Perevisian
Sudah selesai menulis? Sekarang simpan tulisanmu dalam lemari (jika ditulis di atas kertas) atau dalam My Document di laptop/PC-mu selama 1 minggu atau bahkan sebulan. Gunakan waktu itu untuk menarik napas dan mengistirahatkan otak mu yang sudah kamu peras habis-habisan selama ini. Saat pikiranmu sudah kembali siap beraksi, ambil kembali tulisanmu dan mulailah mengedit dan merevisi. Mulai dari memperbaiki hal kecil seperti ejaan yang salah dan merevisi beberapa bagian dalam ceritamu.

Fase ini adalah fase tersulit dan melelahkan. Kita harus berhadapan dengan ego kita sendiri. Dan juga kita harus berani jujur pada diri sendiri bahwa bagian-bagian tertentu memang jelek atau tidak perlu sehingga harus dirubah atau dibuang. Namun jangan menyerah, revisi itu sangat penting agar kita bisa menyuguhkan yang terbaik kepada pembaca.


Perlu diingat bahwa tiap penulis memiliki caranya masing-masing demi menghasilkan tulisan yang bagus. Jadi temukan caramu dan... HAPPY WRITING! ;)
Selasa, 22 Februari 2011

Review Kimi Wo Shinjiteru - Rheza Aditya

First, I want to thank Rheza-kun atas susah payah dan tangan yang pegel-pegel saat menuliskan review yang super panjang ini :D Semua usahamu itu nggak sia-sia kok karena reviewmu itu benar-benar berguna buatku. Review Rheza bukan sekedar memuji atau mengkritik tapi juga menawarkan jalan dan memotivasi agar tulisanku lebih berkembang. Anata ni arigatou... :) Oya, yang aku post di blog ini cuma sebagian yaitu bagian yang bagus-bagus aja (namanya juga buat promosi :p), bagian yang membahas soal kekurangan-kekurangan aku simpan sebagai catatan dan bekal untuk nulis novel kedua.



Hi Rina-san!



Tugas baca novel plus analisa tulisan (mudah-mudahan) sudah selesai terlaksana! Berikut saya lampirkan laporannya, hehe xD

Komen pendek:
Menarik, melelehkan hati, melumat tragis sanubari #apasih. Yang membuat aku tertarik dan sanggup niat baca abis novelmu dalam satu hari bukanlah pemilihan temanya, juga bukan karena betapa karakter utamanya mengidap polio, dan juga bukan karena karakter Rana memiliki impact yang kuat di dalam ceritamu.
Aku tertarik karena aku nggak berhenti membaca sampe habis karena aku nggak punya alasan buat berhenti. As simple as that.
I’d give this piece 8/10. Bravo! Grab a wine and drink it, cheers for you. You deserve it. (or, maybe you already HAD your wine—or juice, whatever—)

Komen panjang:
Nah, sekarang…’apa sih yang bikin aku gak punya alasan buat berhenti?’
Jawabannya aku tulis di bawah ya…lengkap nih xD

1.     Ada hubungannya sama Jepang
Oke, ini kedengeran subjektif banget. (apalagi karena aku japan holic abis) tapi kalo boleh jujur, ya ini alasan utamanya J
P.S: aku belon denger lagunya, tp aku ngerti liriknya tanpa ngeliat terjemahan #sombong hahaha. Percaya deh, ‘tau’ sendiri dan baca terjemahan itu beda feelnya. Enakan tau sendiri, rasanya lebih gimanaa gitu J

2.     Alur cerita kokoh, nggak bolong2 kayak spongebob
Aku bisa liat intro, emotion build, teknik ‘tarik-ulur’, klimaks, dan antiklimaks hanya dengan sekali baca. Isn’t it wonderful? xD Well, meski sejujurnya plot kamu bukan yang paling unik yang pernah aku liat.
Aku bisa liat kamu punya potensi buat alur. Alur cerita adalah kekuatan utama kerangka novelmu. Aku terutama suka dan hampir becek karena baca surat dari rana ke shira. Itu bener-bener nancep dan pas banget buatku.

Dan, yang aku maksud dengan alurmu kokoh itu bukan berarti kunilai dari segi keunikan cerita ya. J
Maksudnya, secara teknis udah nggak ada masalah.
Aku sering liat tulisan penulis yang plotnya berantakan abis (meski bahasa uda pro banget) nggak ada klimaks yang jelas (dari awal sampe akhir monoton, atau malah tegang terus) dan nggak ada tarik-ulur emosi pembaca dengan para karakternya.

I like your characters, dan dikau udah meracik ceritanya sedemikian rupa supaya setiap karakter kebagian porsi yang pas. (meski, I would love to see more Rana and Gil)

3.     I had fun guessing what would your writings look like in the near future.
Kalo aku boleh berpendapat, menurut aku tulisan kamu bagus. Namun masih bisa lebih bagus lagi. Yang bikin aku seneng adalah, dari tulisan kamu yang Kimi wo Shinjiteru, aku udah bisa ngeliat stabilitas dan perkembangan yang mantap. Steady. Jadi aku bener-bener nggak sabar pengen liat tulisan kamu yang berikutnya, penasaran sejauh apakah kamu bakalan berkembang. J

4.     I peeked the ending before I started reading, and it hooked me up
Aku SUKA BANGET endingnya, super sweet happy dan menggantung (?) hahaha
Tapi yah…kalo dideskripsikan, aku suka baca happy ending…tapi nggak mau happy yang semuanya bener-bener perfect. Aku mau ending yang menggantung, supaya aku bisa imajinasi sendiri setiap karakter bakal jadi kayak gimana.

Dan, alasan nomor 5. Adalah Karena saya tidak ada kerjaan di rumah hari ini #gapenting



Oke, jadi sekarang kita uda dapet 3 poin:
-        Alurmu kokoh, disusun layaknya seorang pro
-        Tulisanmu masih punya BANYAK ruang untuk berkembang
-        Ending yang nggak gantung2 amat, dan nggak 100% happy juga. Seriously I like that. <3
“Bagi ku – cinta, suka, cuma ada dalam mimpi. Sementara aku hidup dalam kenyataan!”

Jadi, novel setebal 262 ini menceritakan tentang seorang gadis berkaki polio yang sulit percaya kepada cinta lagi setelah pacar yang amat sangat di sayangi dan di percayai nya meninggalkan dia untuk menikah dengan gadis “sehat” pilihan orang tua nya.

Namanya Shira. Wartawan Majalah Musik. Bersahabat dengan Rana, seorang penyandang cacat Muscullar Distrophy yang juga sama-sama pernah di kecewakan oleh cinta.

Shira berpikir, apakah cinta tidak pernah ada untuk orang-orang cacat seperti mereka? Tapi Rana, dengan segenap kemampuannya berusaha meyakinkan Shira dan memberikan pemahaman tentang cinta sejati yang tetap saja akan datang apapun kondisi yang terjadi.

Shira kekeuh untuk tidak akan pernah percaya apa itu cinta. Yang jelas, bagi Shira, Cinta itu cuma ada dalam mimpi. Sementara dia hidup di dunia nyata. Jadi, jelas, tidak ada cinta dalam hidup Shira.

Tapi pemahaman itu mulai goyah ketika ada sosok fotrografer baru bernama Reiga di kantor tempat Shira bekerja. Bos Shira naksir Reiga, dan Reiga naksir Shira. Ribet yah? Tapi, that’s love, dan tentu saja itu lah HIDUP. tidak semua apa yang direncanakan manusia berjalan sebagaimana kehendaknya. Semua tergantung kuasa Allah.

Shira membangun tembok yang semakin kokoh untuk menahan cinta Reiga masuk. Dia tidak saja takut melukai hati Bosnya, tapi juga tidak ingin terjerumus dalam sakit yang sama untuk kedua kalinya ketika cinta itu hilang.

Tapi apa yang terjadi? Kenapa justru akhirnya Shira luluh kepada Reiga? Bagaimana dengan Alena – Bos Shira yang juga naksir Reiga?

Kimi Wo Shinjiteru (Believe in You) membahas lengkap dan sangat lengkap tentang perjuangan SHira membentengi dirinya dari segala jenis hal yang berhubungan dengan cinta. Meskipun pada akhirnya benteng itu roboh juga oleh seorang Reiga.

Dengan nuansa jepang yang sangat kental (bukan latarnya, tapi pernak-perniknya seperti lagi, bahasa, dsb) membuat saya sedikit tersengal-sengal membacanya. Hihi. Karena saya tidak pernah menyukai segala sesuatu yang berbau jepang. Eh? Jelas dong ya Novel ini Jepang nya kental banget! Judulnya aja udah begitu, cover nya juga xD eh iya by the way saya suka cover nya (karena warna ungu) lucu banget deh :)

Ditulis dengan bahasa yang ringan dan mengalir membuat isi novel ini jadi mudah dipahami. Meski ending nya sudah bisa di tebak – bahwa nantinya bagaimana pun juga pada akhirnya Reiga tetap akan meluluhkan Shira, tapi tetap saja ending itu dituliskan dengan cara yang sangat manis. Sehingga ketika membaca, kita seakan-akan menjadi Shira yang luluh karena Reiga.

Pada beberapa perpindahan adegan, mungkin agak kurang dijelaskan oleh penulis. Karena tau-tau saja sudah berpindah ke rumah sakit, padahal tadinya sedang di tempat lain. Ini missed aja mungkin ya. Tapi tetap tidak mengurangi keindahan novel ini untuk dibaca.

Konflik-konflik di dalamnya juga bikin gregetan. Gemes banget saya sama SHira yang selalu bersikap sok cuek sama Reiga, sok nggak mau, sok nggak butuh, sok jual mahal. Padahal dalam hati ngareeeep banget begitu sama Reiga. Hahaha. baca ini, saya jadi teringat kalo nonton FTV-FTV yang sering bikin geregetan gara-gara tokoh utama yang sok nggak mau padahal ngarep banget :D Penulis membuat sosok Shira sangat konsisten, keras kepalanya benar-benar kelihatan. Ah, pokoknya kalo urusan karakter, novel ini jempolan banget. Setiap tokoh memiliki karakter yang berbeda-beda, sehingga meskipun tidak di jelaskan itu dialog siapa, pembaca akan tetap tau bahwa itu siapa yang ngomong.

Saluuut buat penulis yang mampu menulis sebanyak ini. Ini kalo dikonversikan berapa halaman A4 yaah? saya aja nulis 178 halaman udah ngos-ngosan :D :D
Well, Good Job. Good book. Banyak pelajaran baru yang berusaha di bagi penulis di dalam ini.

Kalo kamu termasuk orang-orang yang tidak percaya cinta, atau sulit mendapati pemahaman tentang cinta. Sok atuh, beli dan baca buku Kimi Wo Shinjiteru ini. Dijamin kalian akan terenyuh pada perjuangan Reiga mendapatkan Shira. Dan kalian jadi akan berharap ada sosok seperti itu juga dalam hidup kalian. *loh? Hahahahah

Nikmati sensasi perjuangan cinta di dalam ini.

Selamat berburu buku ini… (Tidak ada di toko buku, hanya ada di www.nulisbuku.com) ^^
Relationship
Adyta Purbaya
www. nulisbuku.com


Dengan tagline 'Ketika orang lain tak harus tahu hubungan yang sesungguhnya', novel ini menawarkan pemahaman baru mengenai sebuah hubungan. Berkisah tentang hubungan 'misterius' antara Tisya, si pecinta Avenged Sevenfold dengan Rama, teman dari kecil yang juga satu kampus dengannya. Kedekatan mereka mem buat orang-orang di sekitar mereka mempertanyakan status hubungan mereka yang sebenarnya. Namun Tisya dan Rama tetap kekeuh menyembunyikan status mereka. Sampai pada suatu hari Tisya mendapati status di Facebook Rama berubah menjadi In A Relationship dengan salah seorang teman kuliah mereka. Hal itu membuat Tisya bimbang, haruskah hubungannya dengan Rama yang sesungguhnya dipublikasikan?

Setelah melahap habis novel ini, aku dipaksa untuk merenung. Seringkali kita menuntut pemublikasian atas hubungan yang kita jalani hanya agar orang lain mengakui hubungan tersebut. Kita sibuk pamer status di semua akun jejaring sosial yang kita miliki. Novel ini menyuguhkan sudut pandang yang lain. Hubungan bukanlah sesuatu yang harus digembar-gemborkan di depan umum. Hubungan adalah antara 'aku' dan 'kamu' maka cukup 'aku' dan 'kamu' yang tahu. Begitu kira-kira inti dari pelajaran yang dapat diambil dari cerita novel ini.

Poin lain yang membuatku jatuh cinta dengan novel ini adalah cerita yang mengambil setting di Palembang. Berbeda dengan teenlit-teenlit lain yang kebanyakan mengambil setting di Jakarta atau bahkan kota-kota di luar negeri. Penulis menggambarkan keindahan Palembang dan kehidupan muda-mudi di sana dengan sangat baik.

Membaca novel setebal 178 halaman ini hanya membutuhkan waktu satu hari. Bahasanya yang ringan dan begitu mengalir membuat kita tidak akan bosan membacanya. Apalagi bagi para pecinta teenlit, novel ini menjadi pilihan yang pas untuk dibaca.
Sabtu, 12 Februari 2011

Tuhan, Inilah Amarahku PadaMu.

Tuhan, inilah amarahku padaMu.
Atas suratan yang telah kau tuliskan tentang hidupku.
Dengan keegoisanmu Kau membedakanku.
Dari apa yang kusebut dengan 'mereka'.

Tuhan, inilah amarahku padaMu.
Atas sepasang mata yang Kau hadiahkan pada mereka.
Sehingga mereka bisa dengan leluasa menatapku.
Keheranan dan rasa jijik terpantul dalam bola mata mereka.
Tanpa perasaan.

Tuhan, inilah amarahku padaMu.
Atas kaki yang Kau ciptakan untukku.
Tidak ubahnya sekedar aksesoris.
Karena kaki ini tidak mampu membawaku.
Ke mana seharusnya aku melangkah.

Tuhan, inilah amarahku padaMu.
Atas tubuh yang terkurung.
Di balik tembok-tembok putih ini.
Tertawa di siang hari.
Menangis di malam hari.

Tuhan, inilah amarahku padaMu.
Atas impian-impianku yang Kau buang dengan paksa.
Tanpa peduli berapa banyak doa kupanjatkan.
Berapa banyak air mata untuk meyakinkanMu.

Tuhan, inilah amarahku padaMu.
Atas cinta yang Kau anugerahkan padaku.
Yang selalu berubah menjadi luka.
Karena Kau lupa menganugerahkan ketulusan.
Di hati putra Adam untukku.

Tuhan, inilah amarahku padaMu.
Atas diamMu.
Untuk satu-satunya pertanyaanku.
'Mengapa?'
Kamis, 27 Januari 2011

Music and Writing

Di dalam Kimi Wo Shinjiteru ada beberapa lirik lagu yang aku sertakan. Selain karena berkaitan dengan cerita, lagu-lagu itu juga merupakan sumber inspirasiku saat menulis novel pertamaku itu. Aku juga ingin pembaca bisa lebih merasakan romantisme cerita dengan mendengarkan lirik lagu tersebut.

Musik dan menulis adalah dua hal yang tidak bisa aku pisahkan. Seringkali aku mendapat inspirasi cerita pada saat mendengarkan musik. Imajinasiku mampu melayang jauh saat telingaku disuguhi komposisi nada yang indah. Atau juga saat menghayati kata demi kata yang dinyanyikan. Musik membantuku menciptakan mood yang tepat saat menulis. Sebaliknya, mana mungkin seorang pencipta lagu bisa menciptakan lirik yang begitu menyentuh jutaan hati manusia jika ia tidak memiliki kemampuan menulis. Contoh pencipta lagu sekaligus penyanyi Indonesia yang terbukti juga pandai menulis adalah Anji Drive. Ia sangat pandai menulis cerita hanya dalam 140 karakter lewat Fiksimini di jejaring sosial, Twitter.

Beruntung keluargaku adalah penikmat musik. Bisa nyanyi meskipun suara kami tergolong pas-pasan. Sejak kecil aku sudah diperdengarkan lagu-lagu favorit mereka seperti lagu-lagu milik The Beatles, Bee Gees, Elvis Presley, Andy Williams, Kenny Rogers, dan lagu-lagu nostalgia lainnya. Aku pun hapal beberapa di antaranya saking seringnya diputar.
Menyetel musik keras-keras adalah halal di dalam peraturan keluarga kami. Berkat itu, kecintaanku pada musik dapat bertumbuh besar tanpa dihalang-halangi. Aku tidak pernah membatasi diri pada genre musik tertentu. Aku suka semua jenis musik. Pop, rock, jazz, R&B, hip hop, bahkan dangdut jika memang lagunya enak didengar. Yang jelas aku suka musik yang menginspirasi.

Musik bagiku adalah pengobat jiwa, sama halnya dengan menulis. Bersama mereka aku merasa berada di tempat yang paling aman. Aku bisa menuangkan seluruh perasaanku melalui dua media itu. Rasa sakit terobati, rasa senang terbagi. Menulis dan musik adalah belahan jiwa. Kombinasi yang dahsyat untuk menyembuhkan.

Selamat menulis musikmu, teman-teman! :)
Senin, 10 Januari 2011

Happy Belated New Year!!

Meskipun sedikit terlambat tapi rasanya bukan masalah untuk mengucapkan happy new year sekarang, berbarengan dengan posting pertamaku di blog baruku :) Ada sedikit perasaan sedih saat harus meninggalkan tahun 2010. Tahun 2010 sudah menjadi tahun yang penuh arti dalam hidupku. Tahun yang menjadi awal dari perjalananku meraih mimpi-mimpiku. Tahun yang penuh dengan pertemuan dengan orang-orang yang memberikan nilai positif dalam hidupku. Saat aku coba untuk kilas-balik atas apa-apa saja yang telah terjadi sepanjang tahun 2010 kemarin, anehnya aku nggak bisa mengingat satupun kenangan yang buruk di dalamnya. And I have to be grateful of that.
Di awal 2010, aku dikenalkan dengan seorang penyiar radio baik hati bernama Boaz Simanjuntak oleh sahabatku. Dia adalah orang yang benar-benar berarti dalam pencapaian-pencapaianku sampai saat ini. Aku masih ingat betul saat dia dengan yakinnya mengatakan bahwa novelku pasti akan terbit tahun itu dan dia memaksaku untuk mengiyakannya. Terbukti, ucapannya itu benar. Aku berhasil menebitkan novel pertamaku di penghujung tahun lewat jalur self-publishing bekerjasama dengan NulisBuku.Com . Bukan, Abangku Boaz bukan cenayang, paranormal ataupun memiliki indra keenam. Dia hanya orang yang percaya pada kekuatan pikiran ataunyang biasa dia sebut dengan Theatre of Mind. Dan dia selalu mengajarkanku untuk percaya pada kemampuan diri sendiri, berpikir positif dan bertekad kuat. Dia adalah seorang guru, kakak dan sahabat terbaik bagiku.
Masih soal novelku, di pertengahan tahun aku mulai mengenal NulisBuku.Com di media jejaring sosial Twitter. Waktu itu NulisBuku.Com baru merintis usahanya. Mengejutkan, karena dalam waktu kurang dari setahun (menurut yang aku tahu, maaf kalau salah :p) mereka bisa berkembang demikian pesat. Sayang, aku nggak bisa ikut program 99 Writers yang mereka selenggarakan karena aku terlambat mengetahuinya. Namun hal itu justru menginspirasikan aku untuk ikut mengupload naskah novelku untuk diterbitkan secara self-publishing dengan dibantu oleh mereka. Akhirnya novel yang aku tulis selama kurang lebih tiga tahun bisa terbit juga. I'm officially a writer now :D
Dari NulisBuku.Com pula aku memperoleh banyak sahabat-sahabat baru yang sama-sama memiliki passion dalam dunia kata ini. Meskipun kami belum pernah bertatap muka tapi rasanya seperti telah lama saling mengenal. Kami saling belajar, saling menyemangati dan saling bekerjasama demi memajukan dunia tulis-menulis di Indonesia kami tercinta.
Lewat NulisBuku.Com aku juga 'dipaksa' untuk sering menulis dengan berbagai tema karena mereka sering sekali meluncurkan proyek-proyek baru. NulisBuku.Com bukan hanya mitra untuk self-publishing tapi juga rumah bagi kami, para penulis pemula. Rumah di mana kami belajar, tertawa, dan bertumbuh bersama.

Nah, setelah sedikit kilas-balik tahun 2010, sekarang saatnya mencatat resolusi 2011. Aku memutuskan untuk nggak membuat banyak resolusi karena resolusi terbesarku sebenarnya adalah ingin lebih banyak bersyukur. Tapi tetap aku punya beberapa resolusi yang berkaitan dengan karirku sebagai penulis, yaitu:


  • Nulis novel kedua. Aku pengin novel kedua bisa selesai dalam waktu satu tahun dengan gaya penulisan yang lebih matang dari novel pertama.
  • Sekolah nulis dan ambil kelasnya Mbak Clara Ng di Plot Point.
  • Bisa masukkin naskah ke Gagas Media.
  • Dan yang terakhir ini memang nggak ada hubungannya dengan tulis menulis, yaitu aku mau jadi Otaku!! :p


It's a wrap! Dan sekali lagi Happy New Year 2011 buat kalian semua. Wish you all a very wonderful 2011... :)
Judul : Kimi Wo Shinjiteru-Believe In You
Penulis : Rina Shu
Penerbit : WordBox dan NulisBuku.com 
Hal/Cover : 262 B/W/Soft cover
Harga : Rp. 58.000 (belum termasuk ongkos kirim)

“Bagiku cinta, suka, cuma ada dalam mimpi. Sementara aku hidup dalam kenyataan!”
Itulah makna cinta bagi seorang gadis berkaki polio bernama Shira saat ini. Setelah seorang pria yang dulu begitu ia cintai menghancurkan seluruh hati dan harapan Shira, kepercayaan Shira pada cinta lenyap tanpa tersisa. Shira memutuskan untuk hidup tanpa cinta dari seorang pria lagi karena ia tahu tidak akan pernah ada pria yang dengan tulus mencintai seorang gadis seperti dirinya. Shira sudah pernah merasakan sakit yang paling sakit dari semua rasa sakit yang ada, dan ia tidak ingin itu terulang lagi.
Tapi kehadiran reiga, fotografer baru di kantor redaksi majalah remaja tempat Shira bekerja yang menawarkan ketulusan cinta pada Shira, menggoyahkan pendiriannya. Mati-matian Shira berusaha melawan perasaannya yang ingin berbicara jujur. Diiringi kisah persahabatannya dengan seorang gadis istimewa penyandang cacat Muscullar Distrophy bernama Rana, Shira mencoba memahami makna dari keberadaan cinta yang sesungguhnya.
Mampukah Reiga meluluhkan kekerasan hati Shira dengan ketulusannya? Akankah Shira menyerah dan mengambil resiko yang paling ditakutinya, yaitu tersakiti oleh cinta lagi? Ataukah selamanya tembok di hati Shira menjadi penghalang bagi masuknya rasa cinta Reiga ke dalam hatinya?



Komentar pembaca :

“Sebuah karya yang indah, 'ringan', dan memberi penggambaran secara utuh tentang PENGHARAPAN SEJATI, yang mampu menjawab pertanyaan singkat, namun memiliki jawaban paling penuh misteri sedunia: "Mungkinkah?". Temukan jawaban atas pertanyaan itu dalam novel ini!” ˗Reynaldo Febiano, Financial Consultant.


“Sangat realistis dan menyentuh. Alur ceritanya pun sangat alamiah. Penulis mampu menggambarkan perasaan dan tindakan tokoh utama dengan detail-detail yang mengagumkan dan sentimentil. Konflik-konflik dalam novel tersebut juga sangat realistis. Yang terpenting, pesan moral yang ingin disampaikan oleh si penulis dapat diterjemahkan dengan baik dalam novel ini. Saya berikan dua jempol untuk novel ini. Selamat!” ˗Albert Santoso, Pengajar.


“Keteguhan hati Reiga dalam mendapapatkan cinta Shira serta kisah Rana yang menyentuh membuat saya selalu ingin mengetahui isi halaman selanjutnya. Novel ini layak dibaca dengan bahasa yang mudah dimengerti.” ˗Silvia, Pelajar.





Untuk pemesanan bisa dilakukan dengan dua cara :
1. Melalui web NulisBuku.Com 
2. Melalui email ke order.wordbox@gmail.com dengan subject Kimi Wo Shinjiteru.
 
Sketsa Hari. Template Design By: SkinCorner from JackBook